Berkah Komoditas, Laba Perusahaan Indonesia Akan Lampaui Thailand dan India

Ilustrasi Batu Bara. (Sariagri/Pixabay)

Editor: Yoyok - Senin, 5 September 2022 | 16:15 WIB

Sariagri - Lembaga pemeringkat kredit internasional, Moody's Investors Service, melaporkan perusahaan-perusahaan di Indonesia diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan pendapatan terbesar di antara sesama perusahaan di pasar negara berkembang (emerging market/EM) Asia Pasifik (APAC). Kinerja moncer ini karena didukung oleh laba produsen komoditas yang diuntungkan dari harga spot yang tinggi tahun ini.

Menurut laporan terbaru oleh Moody's, Indonesia akan mencatat pertumbuhan pendapatan tertinggi sebesar 56 persen, diikuti oleh India dan Thailand masing-masing sebesar 51 persen dan 36 persen.

Moody's juga memperkirakan perusahaan-perusahaan di EM akan mencatat tahun bemper pertumbuhan pendapatan agregat pada tahun 2022, yang mencerminkan perbaikan kondisi operasi dan pemulihan permintaan.

"Secara agregat, Ebitda (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) perusahaan EM berperingkat Moody di APAC akan tumbuh 28 persen tahun ini dari 2019, sementara pendapatan perusahaan pasar maju (DM) berperingkat akan tumbuh 14 persen pada periode yang sama," kata Vice President dan Senior Analis Moody's, Rachel Chua, Senin (5/9).

Namun Chua memperingatkan bahwa perusahaan-perusahaan EM telah mengambil lebih banyak utang relatif terhadap pertumbuhan pendapatan dan mengharapkan rata-rata leverage mereka naik menjadi 5,1 kali pada 2022 dari hanya 4,3 kali pada 2019.

Meski demikian, Moody's memperkirakan Indonesia akan melihat peningkatan yang kuat secara keseluruhan di antara sesama perusahaan EM di APAC karena pendapatan perusahaan logam, pertambangan, dan baja negara itu diproyeksikan meningkat lebih dari 260 persen tahun ini dari level 2019 untuk mengimbangi tingkat utangnya, yang diperkirakan hanya tumbuh sebesar 58 persen.

Dalam hal peningkatan pendapatan, Moody's mengatakan peningkatan India akan menjadi yang terkuat di antara negara-negara EM di bawah cakupannya karena proyeksi pertumbuhan pendapatannya sebesar 51 persen dan peningkatan leverage sebesar 1,6 kali - hasil dari peningkatan leverage untuk 17 dari 19 perusahaan yang diperingkat di India.

"Leverage perusahaan yang diperingkat akan meningkat sebagai akibat dari pendapatan yang lebih kuat di semua negara kecuali China," kata Moody's dalam laporannya.

"Meskipun Ebitda agregat akan naik 21 persen di China, leverage akan melemah karena pertumbuhan utang. Secara khusus, pendapatan untuk perusahaan-perusahaan China di sektor minyak dan gas, dan logam, pertambangan dan baja akan meningkat 45 persen, tetapi tingkat utang sektor terkait akan naik 47 persen."

Baca Juga: Berkah Komoditas, Laba Perusahaan Indonesia Akan Lampaui Thailand dan India
Resi Gudang Gula Bisa Tingkatkan Kesejahteraan Petani Tebu

Sementara Moody's melihat kenaikan pendapatan secara keseluruhan di negara-negara EM yang dipimpin oleh sektor komoditas, agensi tersebut memandang perusahaan game dan pengembang properti sebagai outlier karena China, di mana pembatasan perjalanan tetap berlaku dan kepercayaan pembeli rumah terus melemah.

"Pengembang properti akan mengalami peningkatan posisi leverage karena penurunan pendapatan. Leverage sektor game akan melemah hingga lebih dari 30 kali pada 2022 dari 3,1 kali pada 2019 karena pemulihan pendapatan yang lambat, terutama di China," kata Moody's terkait perusahaan di EM APAC di bawah cakupannya.