Minyak Nabati: Ekspor Oleokimia 2023 Diperkirakan Capai Rp99,6 Triliun

Ilustrasi minyak sawit. (Pixabay)

Editor: Yoyok - Senin, 2 Januari 2023 | 20:30 WIB

Sariagri - Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) memproyeksikan volume ekspor oleokimia atau minyak nabati produk turunan minyak sawit akan mencapai 4,8 juta hingga 5,1 juta ton pada tahun 2023. Sementara estimasi nilai ekspor berkisar 6,2 miliar dolar AS hingga 6,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp96,5 triliun sampai Rp99,6 triliun (asumsi kurs Rp15.572 per dolar AS). Sedangkan kebutuhan oleokimia dalam negeri tahun ini diperkirakan mencapai 1,8 juta hingga 2,2 juta ton.  

Keterangan tertulis Ketua Apolin, Rapolo Hutabarat pada Senin (2/1/2023) menyebutkan  industri oleokimia menunjukkan perkembangan positif dalam 3 tahun terakhir, yakni mencapai sekitar 5,96 miliar dolar AS pada 2022, sebesar 4,41 miliar dolar AS pada 2021, dan tahun 2020 sebesar 2,03 miliar dolar AS.  

“Perkembangan industri oleokimia lndonesia merujuk kepada kinerja ekspor produk oleochemical selama 3 tahun terakhir ini menunjukkan pertumbuhan yang positif. Faktor penopangnya adalah semua sektor industri yang menggunakan oleokimia meningkat permintaannya termasuk industri sanitasi, kosmetik, farmasi, pariwisata, konstruksi (baja) dan transportasi (ban),” ujar Rapolo. 

Dia menyampaikan, pada 2019, volume ekspor oleokimia sebesar 3,18 juta ton dan selanjutnya meningkat menjadi 3,87 juta ton pada 2020. Memasuki 2021, volume ekspor naik menjadi 4,19 juta ton dan diperkirakan pada 2022 sebesar 4,16 juta ton. 

Menurutnya, pertumbuhan industri oleokimia karena t dukungan pemerintah Indonesia melalui kebijakan gas murah sebesar 6 dolar AS per MMBTU. Ada pula dukungan dari kebijakan tax holiday dan tax allowance

Namun, pelaku usaha berharap adanya dukungan dari sistem logistik nasional karena sampai sekarang ini belum ada kejelasan dari aspek regulasi. 

“Pelaku usaha masih menunggu UU Sistem Logistik Nasional yang belum digagas oleh pemerintah maupun legislatif sebagai hak inisiatifnya,” ujar Rapolo. 

Dia menerangkan bahwa secara nasional kapasitas olah industri oleokimia lndonesia sepanjang 2022 berkisar 60 hingga 65 persen. Sampai penghujung 2022, belum ada rencana peningkatan kapasitas. 

“Dengan kapasitas saat ini sudah cukup besar untuk memasok produk oleokimia ke berbagai negara tujuan yang digunakan oleh berbagai jenis industri,” jelasnya. 

Baca Juga: Minyak Nabati: Ekspor Oleokimia 2023 Diperkirakan Capai Rp99,6 Triliun
Desa Devisa LPEI di Subang Ekspor 19,2 Ton Kopi Robusta ke Mesir

Salah satu persoalan dalam peningkatan kapasitas adalah tingginya bunga bank di lndonesia sehingga sumber pembiayaan untuk investasi baru maupun untuk perluasan industri oleokimia di Indonesia menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan negara produsen lainnya, seperti China, Malaysia, dan Uni Eropa. 

“Untuk menambah ragam produk baru, pemerintah perlu menambah dana riset di perguruan tinggi, BRIN agar riset untuk menghasilkan produk baru dan produk hilir lanjut dapat segera diwujudkan,” jelas Rapolo.