Berita Perdagangan - Indonesia akan memasuki periode supercycle dalam perekonomian dunia praktis harga beberapa komoditas akan naik secara signifikan
SariAgri - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi, menyampaikan bahwa dalam beberapa waktu ke depan, Indonesia akan memasuki periode supercycle dalam perekonomian dunia. Menurutnya pada periode ini, harga beberapa komoditas akan naik secara signifikan.
“Indonesia akan memasuki periode supercycle, di mana harga beberapa komoditas akan naik secara signifikan, terutama yaitu komoditas dasar, hal tersebut diakibatkan pertumbuhan ekonomi baru dari permintaan yang terjadi di masa pandemi dan setelah pandemi,” kata Mendag Lutfi dalam sebuah webinar, Selasa (6/4/2021).
Disebutkan Mendag, beberapa komoditas yang harganya naik dalam periode supercycle antara lain seperti minyak bumi, gas alam cari, biji besi, tembaga. Menurutnya, Indonesia juga sudah pernah mengalami periode supercycle pada tahun 2004 dan 2014.
“Ini bukan pertama kali Indonesia menghadapi periode supercycle. Beberapa tahun lalu Indonesia telah mengalaminya dan seperti pada periode sebelumnya, periode supercycle kali ini diharapkan membawa keberuntungan dan dampak positif bagi perekonomian Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, Mendag juga menyebutkan bahwa dalam sisi ekonomi makro, supercycle akan memberi keuntungan bagi Indonesia, salah satu contoh yaitu kenaikan harga CPO dunia, dimana akan memberi keuntungan lebih bagi Indonesia sebagai salah satu pemasok CPO terbesar di dunia.
“Jadi kalau dari sisi ekonomi secara makro kita ini terbantu dengan menjadi pengirim CPO terbesar di dunia yang saat ini harganya sedang tinggi, tetapi dari sisi mikro memang juga menyebabkan kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri,” jelasnya.
Selain supercyle, Mendag juga menjabarkan beberapa hal lain yang juga akan menjadi tren perdagangan Indonesia ke depannya. Tren pertama adalah munculnya investasi yang terjadi karena adanya pasar yang besar.
“Hal itu dapat dilihat melalui sektor otomotif, dimana pada sektor tersebut banyak muncul investasi yang disebabkan besarnya pasar otomotif di Indonesia,” katanya.
Baca Juga:
Strategi Kemendag Antisipasi Kenaikan Permintaan Bahan Pokok Saat Ramadan
Mendag Sebut Pasar Rakyat Kota Pariaman Bisa Jadi Ikon Wisata Belanja
Selanjutnya, tren kedua yaitu komoditas dasar Indonesia memberikan keunggulan komparatif (comparative advantage) yang baik. Dengan memiliki keunggulan tersebut, maka Indonesia mampu menghasilkan barang dan jasa dengan biaya yang sangat bersaing.
“Hal ini dapat dilihat dari produksi stainless steel Indonesia, dimana Indonesia merupakan produsen kedua terbesar di dunia,” sebutnya.
Sedangkan tren ketiga yaitu Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang tinggi. Salah satu contohnya, komoditas perhiasan yang merupakan komoditas unggulan ekspor nonmigas Indonesia. Dengan sumber daya alam dan manusia yang saling mendukung, Indonesia mampu menghasilkan produk perhiasan berdaya, saing di pasar dunia.
Dengan demikian, berbagai kelebihan yang dimiliki Indonesia tersebut, lanjut Mendag, diharapkan akan banyak negara yang menjadi mitra khusus Indonesia terutama Jepang, Amerika Serikat dan Tiongkok.
“Negara-negara tersebut tak hanya sekedar menjadi mitra dagang, namun juga menjadi sumber investasi perekonomian nasional dengan produk-produk yang menjadi pilar utama ekspor nonmigas Indonesia,” pungkasnya.