Harga Tomat di NTB Meroket, Omzet Penjualan Cabai Malah Anjlok

Pedagang sayuran di pasar. (Sariagri/Yongki)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Senin, 23 Agustus 2021 | 19:30 WIB

Sariagri - Tidak semua harga komoditas pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) setiap tahunnya dirasakan manis oleh para petani dan pedagang di sejumlah pasar tradisional, terkadang harganya meroket, ada juga yang malah anjlok hingga membuat para pejuang pangan ini merugi.

Seperti harga Tomat dan Cabai yang berbanding terbalik di pasaran hanya dengan kurun waktu beberapa bulan. Dimana, saat ini harga tomat meroket hingga mencapai Rp15 ribu per kilogramnya dari sebelumnya seharga Rp5 Ribu per kilogramnya.

"Sudah beberapa minggu harganya naik, sekarang kita jual tomat perkilonya seharga 15 ribu," kata Nita salah satu pedagang Tomat di pasar tradisional Kabupaten Lombok timur, NTB.

Naiknya harga tomat sudah dirasakan Nita dan sejumlah pedagang yang lain sejak beberapa minggu lalu, mereka menduga meroketnya harga tomat disebabkan oleh stok di para petani yang minim.

Beruntungnya, harga tomat yang melambung tidak membuat omzet mereka menurun, malah di tengah naiknya harga tomat dagangan mereka selalu habis terjual.

"Semenjak harga tomat ini naik tidak terlalu berdampak ke komsumen, beda halnya jika harganya turun itu malah pembeli jarang yang kesini," ujarnya.

Berbeda dengan Tomat, harga cabai malah anjlok bak ditikung pembalap MotoGP. Jika sebelumnya harga cabai meroket hingga Rp 90 Ribu perkilogramnya, kini malah anjlok seharga Rp 9 Ribu perkilogramnya.

"Kalau harga cabai sekarang itu anjlok, semula harga 90 jadi sekarang harganya hanya sembilan ribu," cetusnya.

Penurunan drastis harga cabai ini membuat sejumlah petani di NTB Merugi, seperti para petani di Kabupaten Lombok tengah misalnya yang mengaku merugi hingga jutaan rupiah karena tidak sebanding dengan biaya produksi.

"Sudah kita malah sekarang harganya anjlok, ya jelas kita merugi," ungkap herman, salah seorang petani di Lombok tengah.

Tidak hanya murah, komoditas cabai di tingkat petani juga tidak laku terjual, hal itu disebabkan karena tingkat produksi cabai petani melimpah dan lagi-lagi tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat.

Kondisi ini diharapkan Herman dan para petani lain tidak berlarut, mengingat kehidupan mereka hanya bergantung pada industri pertanian.

Baca Juga: Harga Tomat di NTB Meroket, Omzet Penjualan Cabai Malah Anjlok
Pada Saat Pandemi, Permintaan Sayuran Hidroponik Semakin Tinggi



"Sekarang ini masa corona, semua serba sepi, jadi kira berharaplah agar harga cabai ini normal kembali," tutupnya.