Harga Jual Tak Kunjung Membaik, Petani Garam Meradang

Harga Garam tak kunjung membaik. (Sariagri/Arief L)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Selasa, 26 Oktober 2021 | 14:20 WIB

Sariagri - Pendapatan para petani garam di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur kian meradang, lantaran harga jual garam hasil panen tidak kunjung naik. Anjloknya harga garam di tingkat petani ini sudah berlangsung sejak enam bulan lalu namun hingga kini belum mengalami kenaikan. Petani menyebutkan harga garam konsumsi hanya laku dijual sangat murah, dikisaran Rp250 hingga tertinggi Rp400 per kilogramnya.

Menurut salah satu petani garam asal Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Arifin Jaka, harga jual yang sangat rendah ini tidak sebanding dengan proses produksi.

“Saat ini seluruh petani mengeluhkan harga garam yang terjun bebas. untuk garam industri atau prisma saat ini harganya Rp1.000 per kilonya, sedangkan garam konsumsi harganya ada yang laku paling rendah Rp250 dan ter tinggi500 per kilogramnya, “ beber petani garam, Arifin Jaka kepada Sariagri, Selasa (26/10/2021).

Arifin dan petani garam lainnya yang ada di Lamongan berharap pemerintah segera menerbitkan regulasi atau menata ulang harga garam agar tidak dipermainkan oleh para tengkulak.

Baca Juga: Harga Jual Tak Kunjung Membaik, Petani Garam Meradang
Pemerintah Berencana Impor Garam, Petani Garam Resah



“Selama ini regulasi yang mengatur ketentuan harga garam agar stabil kan memang belum ada. Karena itu kami memohon pemerintah menerbitkan regulasi ini, biar harga garam tidak dipermainkan tengkulak, “ ucapnya.

Merespons hal ini, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan, Heru Widi mengatakan saat ini yang dikeluhkan petani garam bukan semata hanya harga garam yang anjlok. Namun juga hasil produksi menurun drastis. Pihaknya mencatat produksi garam di Kabupaten Lamongan, tahun 2019 lalu sebanyak 36.000  ton. Sementara di tahun 2020, produksinya merosot hanya 7.000 ton saja.

“Dari produksi yang turun mencapai 7.000 ton, otomatis tidak bisa menutup kebutuhan garam konsumsi di Lamongan sebanyak 34 ribu ton per tahun. Turunnya hasil produksi garam di Lamongan ini akibat alih fungsi lahan dan dampak wabah pandemi covid-19, “ terang Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Lamongan, Heru Widi.

Untuk itu, imbuh Heru Widi, pihaknya sudah menyiapkan langkah dan upaya meningkatkan produksi garam. Salah satunya dengan menggenjot produksi garam konsumsi.

“Namun demikian rencana tersebut belum bisa terealisasi akibat refocusing anggaran untuk penanganan wabah pandemi covid-19, “ tandasnya.