Perdagangan Indonesia-Cina 2021 Menjadi yang Tertinggi Selama 20 Tahun Terakhir

kopi salah satu komoditas ekspor Indonesia ke Cina. (Antara)

Editor: Dera - Sabtu, 20 November 2021 | 18:00 WIB

Sariagri - Nilai perdagangan Indonesia-China selama periode Januari-September 2021 telah mencapai 85,3 miliar dolar AS (sekitar Rp1,2 kuadriliun) yang merupakan pencapaian tertinggi dalam kurun waktu 20 tahun kerja sama bilateral kedua negara.

"Nilai perdagangan tersebut naik 52,8 persen dibandingkan pencapaian tahun lalu dalam periode yang sama," kata Duta Besar RI untuk Cina Djauhari Oratmangun kepada ANTARA di Beijing, Jumat.

Melansir dari Antara, saat ini, Indonesia berada di posisi ke-4 sebagai negara pengekspor terbesar ke Cina di antara negara-negara anggota ASEAN.

"Yang cukup menggembirakan, di antara seluruh negara mitra eksportir ke Tiongkok, posisi Indonesia naik satu peringkat dibandingkan tahun 2020. Sebelumnya kita berada di posisi ke-14, saat ini kita ada di posisi ke-13. Semoga dengan kerja keras bersama, diharapkan sampai akhir tahun 2021 nilai perdagangan kita bisa mencapai 100 miliar dolar AS dengan surplus pada Indonesia," ujar Djauhari, yang adalah juga mantan Dubes RI untuk Rusia.

Ia menyebutkan nilai ekspor Indonesia ke Cina mencapai 42,8 miliar dolar AS (sekitar Rp610,9 triliun) pada Januari-September 2021 atau tumbuh 59,7 persen dibandingkan dengan pencapaian Januari-September 2020.

Sementara, nilai impor Indonesia dari Cina selama periode tersebut juga naik 46,5 persen menjadi 42,5 miliar dolar AS (sekitar Rp606,6 triliun).

Meskipun demikian, defisit perdagangan Indonesia terhadap Cina pada periode Januari-September 2021 merosot hingga 109,2 persen.

Baca Juga: Perdagangan Indonesia-Cina 2021 Menjadi yang Tertinggi Selama 20 Tahun Terakhir
Perundingan ASEAN-Canada FTA Resmi Diluncurkan

"Bahkan kita bisa menghasilkan surplus bagi Indonesia sebesar 208,1 juta dolar AS," kata Atase Perdagangan KBRI Beijing Marina Novira Anggraini menambahkan.

Beberapa produk unggulan Indonesia yang mengalami peningkatan nilai ekspor di atas 60 persen adalah bahan bakar mineral dan produk sulingannya yang naik 86,7 persen, besi dan baja (86,2 persen), lemak dan minyak hewani atau nabati (118,9 persen), aneka produk kimia ((105,1 persen), residu dan sisa dari industri makanan (111,1 persen), kopi, teh, mate dan rempah-rempah (96,6 persen), serta nikel serta turunannya (546,4 persen).