Edan! Harga Minyak Goreng di Negara Ini Tembus Rp719 Ribu per Liter

Ilustrasi minyak goreng sawit

Editor: Tatang Adhiwidharta - Jumat, 7 Januari 2022 | 15:20 WIB

Sariagri - Tidak hanya di Indonesia, harga minyak goreng di Korea Utara juga naik. Di negara yang dipimpin oleh Kim Jong Un ini minyak goreng dijual 45.000 won Korea Utara setara dengan Rp719 ribu.

Adapun penyebabnya minyak goreng naik yaitu aktivitas perdagangan antara Korea Utara dan China yang saat bermasalah. Sehingga mengganggu pasokan barang di Korea Utara.

Mengutip dari rfa.org disebutkan sebelumnya harga minyak hanya sekitar 10 ribu won Korea Utara. "Sekarang masalah muncul, minyak goreng kosong di mana-mana, orang kesulitan mendapatkan minyak itu," kata sumber, dikutip dari rfa.org.

Dikatakan, tak masalah juga gula atau bumbu yang tidak tersedia. Namun, minyak merupakan komoditas penting di negara tersebut.

Selain itu, menurutnya banyak ibu-ibu di Korea Utara yang menyebut tidak pernah membeli lagi minyak goreng karena harganya mahal. Bahkan ada juga ibu-ibu yang tak lagi menggunakan minyak goreng sejak musim gugur tahun lalu.

Saat ini minyak goreng yang dijual tersedia dalam botol kecil atau kantong plastik berukuran 50 atau 100 gram. Jika ada seseorang yang terlihat membawa minyak goreng dan dikemas dalam kaleng 2 kilogram, maka akan banyak orang yang iri.

"Saya beli 500 gram waktu itu dan saya menggunakannya sedikit-sedikit supaya hemat. Saat ini banyak keluarga yang memasak tanpa menggunakan minyak goreng,"paparnya.

Ia menyampaikan pemerintah Korea Utara telah mengeluarkan kebijakan terkait penanaman bunga mata hari dan biji jarak untuk minyak ini.

Baca Juga: Edan! Harga Minyak Goreng di Negara Ini Tembus Rp719 Ribu per Liter
Resmi, Pemerintah Kucurkan 1,2 Miliar Liter Minyak Goreng Subsidi untuk 6 Bulan

"Tapi nyatanya kami tidak melihat ada orang yang menanam," jelas dia.

Tak cuma minyak goreng yang langka, kacang merah juga sangat sulit ditemukan di pasar. Apalagi makanan ini sudah menjadi tradisi saat musim dingin di sana.

Saat ini Korea Utara sedang membutuhkan bantuan pangan eksternal untuk pemenuhan kebutuhan dasar. Sesuai dengan pengumuman FAO disebutkan Korea Utara harus mengimpor 1,06 juta ton biji-bijian antara November 2020 - November 2021 untuk menyelesaikan masalah ketahanan pangan.

Sayangnya ada masalah baru yaitu jalur perdagangan dengan China terhenti sejak Januari 2020 akibat pandemi COVID-19.