Imbas Larangan Ekspor RI, Harga Ramyeon Korea Meroket

Ilustrasi mi korea, samyang. (Istimewa)

Editor: Tatang Adhiwidharta - Rabu, 18 Mei 2022 | 17:15 WIB

Sariagri - Harga mie instan Korea Selatan, ramyeon, serta sejumlah makanan ringan lain mulai meroket. Hal ini terjadi akibat imbas dari kelangkaan pasokan minyak sawit yang membuat harga komoditas tersebut naik.

Menukil dari Korea Times, Ottogi, yang terkenal dengan Jin Ramennya, menaikkan harga produk ramyeonnya rata-rata 11,9 persen pada Agustus tahun lalu, ini menjadi kenaikan harga pertama mereka dalam empat tahun. Mereka menyebut kenaikan biaya bahan baku seperti minyak sawit dan tepung terigu menjadi dasar di balik keputusan tersebut.

Nongshim juga menaikkan harga pada Agustus, sementara Samyang Foods pada bulan September tahun lalu, keduanya juga mengeluhkan kenaikan harga minyak sawit.

Diketahui, minyak sawit adalah bahan utama yang digunakan dalam banyak produk makanan di Korea. Minyak jenis ini digunakan sebagai alternatif yang lebih murah daripada mentega saat membuat cokelat dan biasanya juga digunakan untuk menggoreng keripik kentang.

Sementara dalam pembuatan ramyeon, minyak goreng dan tepung mengambil porsi rata-rata 40 sampai 50 persen dari biaya produksi, dan kelangkaan pasokan minyak sawit, serta kenaikan harga, akan mengurangi keuntungan perusahaan.

"Harga rata-rata tepung terigu, jagung, minyak sayur dan minyak sawit naik 63 persen, 33 persen, 13 persen dan 58 persen pada kuartal pertama tahun 2022," kata Han Yu-jung, analis di Daeshin Securities.

"Perusahaan juga akan berjuang menghadapi kenaikan biaya produksi pada kuartal kedua,"tambahnya.

Menyusul kebijakan pemerintah Indonesia yang melarang ekspor kelapa sawit atau CPO, diprediksi produsen ramyeon dan makanan ringan akan kembali menaikkan harga. Dasarnya, kebijakan ini akan semakin membuat harga minyak sawit meroket.

Baca Juga: Imbas Larangan Ekspor RI, Harga Ramyeon Korea Meroket
Jelang Imlek, Produsen Mie Mentah Basah Ketiban Rejeki Nomplok Hingga Rp150 Juta

"Perusahaan yang membuat ramyeon, makanan ringan dan kue kering yang menaikkan harga tahun lalu kemungkinan akan menaikkan harga lagi tahun ini, mengingat harga tepung dan kedelai dan minyak sawit terus meningkat secara signifikan," kata Park Sang-jun, seorang analis di Kiwoom Securities.

"Jika perusahaan memutuskan untuk menaikkan harga, harga makanan olahan akan naik lebih dari 5 persen selama dua tahun berturut-turut,"pungkasnya.