Libatkan 1.200 Petani, 6 Ton Salak Pondoh Asal Yogyakarta Diekspor ke Kamboja

Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa bersama Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Sugeng Purwanto didampingi Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Suparmono melepas ekspor salak pondoh Sleman ke Kamboja. (Foto: ANTARA)

Editor: M Kautsar - Jumat, 8 Oktober 2021 | 19:30 WIB

Sariagri - Sebanyak 6 ton salak pondoh asal Yogyakarta diekspor ke Kamboja dengan nilai mencapai 15 dolar AS. Ekspor tersebut dilakukan oleh PT. Serena Sejahtera dengan melibatkan sebanyak 1.200 petani.

“Produk-produk Indonesia, khususnya salak pondoh asal Yogyakarta sekarang mulai diminati di luar negeri. Hal ini tentu menjadi peluang bagi kita untuk terus menggenjot ekspor produk Indonesia ke luar negeri,” kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Didi Sumedi, Jumat (8/10).

Menurut Didi, momentum pemulihan ekonomi menjadi faktor penting yang mendukung keberhasilan pelaku usaha menembus pasar ekspor. Hal ini ditandai dengan meningkatkan permintaan di pasar tujuan ekspor. Para pelaku usaha Indonesia diharapkan harus dapat lebih memanfaatkan peluang tersebut.

“Kami berterima kasih kepada para peserta ECP dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ekspor salak pondoh ke Kamboja. Sebagaimana arahan Menteri Perdagangan, kami akan terus mendampingi dan membantu memberikan fasilitasi kepada para pelaku usaha potensial untuk mendorong usaha kecil dan menengah (UKM) siap masuk ke pasar internasional dan menjadi pelaku perdagangan global,” kata Didi.

Kegiatan ekspor salak tersebut merupakan inisiasi dari Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Kementerian Perdagangan bersama PT. Serena Sejahtera yang merupakan salah satu peserta program pendampingan eksportir (export coaching program/ECP) 2021 untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kepala Balai Besar PPEI Heryono Hadi Prasetyo menambahkan, program ECP untuk wilayah Yogyakarta telah memasuki tahap ketiga yaitu market development dari delapan tahapan pendampingan. Sebelumnya, para peserta ECP telah diberikan pendampingan mengenai kesiapan dokumen ekspor, hal-hal yang disiapkan. Ketika bernegosiasi dengan calon pembeli, pengetahuan tentang kepabeanan, dan pengiriman barang ekspor, kalkulasi harga ekspor, serta sistem pembayaran ekspor.

“Tahun ini, program ECP dilaksanakan di 10 kota, yaitu Semarang, Surabaya, Bandung, Bandar Lampung, Jakarta, Yogyakarta, Banda Aceh, Serang, Samarinda, dan Makassar. Jumlah pelaku usaha yang mendapatkan pendampingan di setiap wilayah berjumlah 30 pelaku usaha,” imbuh Heryono.

Heryono menjelaskan, ECP ditujukan bagi para pelaku usaha yang sebelumnya telah mendaftarkan diri dan memenuhi kriteria untuk mengikuti program pendampingan ekspor.

Para peserta yang telah lolos verifikasi, lanjut Heryono, akan memperoleh pengetahuan ekspor secara komprehensif dan memiliki kesempatan menjalin relasi dalam perdagangan internasional. Heryono menuturkan, di masa pandemi Covid-19 peserta ECP tetap mendapatkan pendampingan secara daring melalui webinar.

Baca Juga: Libatkan 1.200 Petani, 6 Ton Salak Pondoh Asal Yogyakarta Diekspor ke Kamboja
Ekspor Kelapa Parut dari Sumatra Utara Terus Meningkat

Selain itu, para peserta juga mengikuti kegiatan penjajakan bisnis (business matching) secara daring yang diselenggarakan bersama para perwakilan perdagangan Indonesia di berbagai negara. Peserta ECP juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kurasi pameran internasional.

“Pelepasan ekspor hari ini merupakan wujud komitmen Kementerian Perdagangan dan sinergi antara pemangku kepentingan. Kami berharap akan semakin banyak lagi pelaku UKM yang berhasil ekspor ke luar negeri dan menginspirasi pelaku usaha di sekitarnya. Hal tersebut tentu akan mendorong peningkatan kontribusi ekspor UKM terhadap nilai total ekspor nasional,” pungkas Heryono.