Ekspor RI ke Rusia-Ukraina Anjlok Gara-gara Perang

Pelepasan ekspor rempah asal Makassar ke Rusia. (Barantan)

Penulis: Yoyok, Editor: Arif Sodhiq - Senin, 18 April 2022 | 16:15 WIB

Sariagri - Ekspor Indonesia ke Rusia dan Ukraina mengalami penurunan drastis selama Maret 2021. Ini terjadi karena dampak perang kedua negara yang terjadi sejak akhir Februari 2022.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan ekspor Indonesia ke Rusia mencapai 88,1 juta dolar AS dan Ukraina 23,3 juta dolar AS.

"Kalau hubungkan fenomenanya, ekspor ke Rusia dan Ukraina terjadi penurunan. Kalau konflik terjadi dimana ekspor turun," kata Kepala BPS Margo Yuwono di Jakarta, Senin (18/4).

Komoditas ekspor ke Ukraina yang alami penurunan adalah lemak dan minyak hewan/nabati, dan kertas karton. Sementara untuk tujuan Rusia, komoditas yang alami penurunan adalah lemak dan minyak hewan/nabati dan mesin dan perlengkapan listrik.

Penurunan ekspor juga terjadi pada beberapa negara lain, antara lain Mauritania, Bulgaria dan Turki.

Sementara, peningkatan ekspor terjadi paling besar ke China dengan 1,7 miliar dolar AS, kemudian India 628,2 dolar AS, Amerika Serikat 439,9 juta dolar AS, Vietnam 343,5 juta  dolar AS, dan Malaysia 301,8 juta dolar AS.

Dampak Perdagangan Global

Sementara itu, terkait dengan dampak perdagangan global, Margo mengungkapkan peran Rusia dan Ukraina sangat strategis. 

"Rusia itu merupakan negara eksportir kedua minyak mentah. Untuk batu bara merupakan eksportir ketiga dunia, dan untuk gandum adalah eksportir terbesar di dunia," kata Margo.

Rusia juga merupakan eksportir LNG terbesar ketujuh di dunia.

Dengan demikian, terlihat bahwa dalam tatanan global, Rusia cukup memberikan pengaruh kepada negara lain.

Hal tersebut juga terjadi pada Ukraina, di mana Ukraina merupakan eksportir minyak nabati terbesar di dunia. Kemudian, Ukraina juga eksportir terbesar keempat dunia untuk komoditas jagung, dan eksportir terbesar kelima dunia untuk gandum.

Dengan terjadi perang akan berpengaruh terhadap rantai pasok beberapa komoditas yang dimiliki kedua negara.

"Kalau kita lihat bagaimana dampak perang Rusia dan Ukraina dengan melihat beberapa peran strategis yang dimiliki kedua negara tadi, saya mengutip dari IMF, di antaranya beberapa negara di belahan barat ditengarai dengan harga komoditas yang tinggi, akan berpengaruh terhadap inflasi," ujar Margo.

Kemudian, negara di Sub Sahara Afrika juga akan berpengaruh kepada kondisi negaranya, karena 80 persen pasokan gandum mereka berasal dari Rusia dan Ukraina.

Selain itu, di Timur Tengah dan Afrika Utara diprediksi akan terjadi kenaikan harga komoditas dan berdampak pada sektor pariwisata, di mana kedua wilayah tersebut merupakan tujuan wisata warga Rusia dan Ukraina.

"Jadi, kalau di sana perang tentu saja akan berpengaruh kepada pendapatan di Timur Tengah dan Afrika Utara," tukas Margo.

Sementara itu, dampak bagi negara-negara di Eropa lebih kepada pasokan gas alam yang kemungkinan akan terganggu dan berdampak pada tekanan fiskal di negara-negara tersebut.

Baca Juga: Ekspor RI ke Rusia-Ukraina Anjlok Gara-gara Perang
Petani Eksportir Terkendala Peti Kemas, AS Reformasi Industri Logistik Laut

Dampak perang Rusia dan Ukraina ke Indonesia, yakni dengan naiknya harga komoditas non migas terutama batu bara dan CPO, maka akan berpengaruh kepada ekspor Indonesia.

"Begitu juga dengan peningkatan harga migas yang akan berpengaruh kepada impor migas kita di Maret 2022. Ke depan, tergantung apakah perang akan berlangsung lama atau cepat ini dampaknya ke Indonesia kepada kenaikan harga-harga internasional," pungkas Margo.